MORALITAS SEORANG PEMIMPIN; REFLEKSI KETELADANAN NABI IBRAHIM AS
Oleh Al Fitri, S.Ag., S.H., M.H.I.
Ungkapan rasa syukur kepada Allah swt, hari ini kita dapat merayakan Idul Adha, dinamakan juga dengan Idul Qurban, Idun Nahr, dan Idul Akbar. Hari raya yang menekankan semangat sosial dan berkorban. Suatu nikmat yang besar, kita dapat berjumpa dengan hari raya besar dan agung ini. Shalawat dan salam kita sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti.
Covid-19 sampai sekarang masih mewabah di Indonesia, kini tahun yang kedua artinya dua kali haji dan kurban kita merayakan Idul Adha dalam kondisi virus corona yang mewabah. Akibatnya calon jamaah haji Indonesia untuk kedua kalinya kembali tidak diberangkatkan ke tanah suci Makkah untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima. Kebijakan ini diambil Pemerintah untuk menjaga keselamatan jiwa jamaah agar tidak terpapar virus yang mematikan ini. Sangat wajar keputusan Pemerintah ini untuk menjaga keselamatan jiwa (hifz náfs), menjaga keberlangsungan agama melalui rukhsháh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil Hamd, Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Salah satu kisah Nabi Ibrahim as yang tercantum dalam Al Quran berkaitan dengan perayaan Idul Adha, yang menjadi salah satu hari raya besar umat Islam, yang jatuh setiap 10 Dzulhijjah dan diperingati pada tanggal tersebut dengan menyembelih hewan kurban sampai hari Tasyrik 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Ibadah kurban yang disyariatkan Allah bertujuan untuk menanamkan keutamaan, kebaikan, akhlak mulia, dan mengikis sifat kezaliman dan kerusakan. Perintah pelaksanaan ibadah kurban ini tertulis dalam Surat al-Kautsár ayat 1-3 :
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثرََ. فَصَلِّ لِرَبكَِّ وَانْحرَ . اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَر إَِّ
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).”
Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad :
مَنْ خَرَجَ مِنْ بيَْتِهِ إِلَى شِرَاءِ اْلأُضْحِيّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَشْرُ
حَسَنَاتٍ وَ مُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَ رُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَ إِذَا
تَكَلَّمَ فِي شِرَائِهَا كَانَ كَلَامُهُ تَسْبِيْحًا وَ إِذَا نقََدَ ثَمَنَهَا كَانَ لَهُ بِكُلِّ
دِرْهَمٍ سَبْعُمِائَةٍ حَسَنَة وَ إِذَا طَرَحَها عَلَى اْلأَرْضِ يُرِيدُ ذَبْحَهَا اسْتَغفَرَ
لَهُ كُلُّ خَلْقٍ مِنْ مَوْضِعِهَا إِلَى اْلأَرْضِ السَّابِعَةِ وَ إِذاَ أَهرَقَ دَمَّهَا خَلَقَ
للهُ بِكُلِّ قطْرَةٍ مِن دَمِّهَا عَشْرَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إلىَ يوَْمِ
الْقِيَامَةِ. رواه أحم د
“Barangsiapa keluar dari rumahnya pergi untuk membeli hewan korban maka akan dihitung bagi orang tersebut setiap dari langkah kakinya sepuluh kebaikan, dan dihilangkan atasnya sepuluh kejelekan, dan diangkat (diberi) atasnya sepuluh derajat. Dan ketika terjadi transaksi pembelian maka setiap ucapannya dihitung sebagai tasbih, dan ketika akad pembelian berlangsung maka setiap dirham (satu rupiah) disamakan dengan tujuh puluh kebaikan, dan ketika hewan tersebut diletakkan (dibaringkan) di atas bumi untuk dipotong maka setiap makhluk yang ada di bumi sampai lapis ketujuh akan memohonkan ampun atas orang tersebut, dan ketika darah dari hewan tersebut telah dialirkan maka Allah SWT menjadikan setiap tetes dari darah tersebut sepuluh malaikat yang selalu memohonkan ampun sampai hari kiamat.” (HR Ahmad).
Selengkapnya Klik Disini